LESTARIKAN BUMI DENGAN AKSI NYATA BUMI AKAN MENJAGA KITA

 

Lestarikan Bumi alam, agar bumi kuat dan menjaga kita


LESTARIKAN BUMI DENGAN AKSI NYATA BUMI AKAN MENJAGA KITA. 

LESTARIKAN BUMI DENGAN AKSI NYATA BUMI AKAN MENJAGA KITAApa yang terjadi diatas muka bumi ini adalah semata ulah tangan manusia. Rasa dan keinginan besar terhadap sesuatu hingga sampai pada merusak lingkungan. Tidak dipungkiri dari sisi lain bahwa terlihat perkembangan dan kemajuan pesat. Namun, efek dan dampak dari perbuatan merekalah yang membuat bumi tidak baik-baik saja. Oleh sebab itu, pentingnya kita menjaga lingkungan, melestarikan alam agar bumi semakin kuat dan keberlangsungan kehidupan madani.

  1.BUMI KITA SEDANG TIDAK BAIK-BAIK SAJA

In the real, isu lingkungan bukanlah isu sederhana atau sepele. Dunia belum mampu menahan laju pemanasan global, sekalipun pertemuan hampir seluruh pemimpin dunia digelar setiap tahunnya. Kesepakatan global bahwa negara kaya (maju) membantu negara berkembang atau miskin untuk memitigasi, tak diikuti komitmen nyata. Bukan karena tidak mau membantu, namun isu ini tidaklah semudah membolak-balik telapak tangan.

 

Indonesia, kejadian seperti kebakaran lahan, kekeringan, koflik lahan, abrasi, banjir, banjir bandang, serta pencemaran lingkungan, itu akibat dari ulah tangan manusia atas praktik pembangunan yang tak berkelanjutan terus terjadi. Atas peristiwa itulah yang membawa kematian dan kehancuran lingkungan.

 

Pada tahun 2022, Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) Indonesia mengalami kenaikan 0,97 poin dibanding tahun sebelumnya. Hal ini diungkap Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan pada Refleksi Akhir Tahun 2022 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yang berlangsung secara luring dan daring, di Jakarta pada tanggal 29 Desember 2022.  

 

Nilai IKLH Indonesia sejak tahun 2018 hingga tahun 2022 terus meningkat. Berturut-turut nilainya 65,14; 66,55; 70,27; 71,45; dan tahun ini sebesar 72,42 poin. 

 

Perhitungan nilai IKLH Indonesia Tahun 2022 diperoleh dari 7.331 lokasi pemantauan kualitas air, 3.076 lokasi pemantauan kualitas udara, dan 970 lokasi pemantauan kualitas air laut di seluruh Indonesia. Sementara itu, 514 data pemantauan kualitas tutupan lahan diperoleh dari seluruh kabupaten/kota di Indonesia.

 

Setiap tahun Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota memperoleh rapor yang di dalamnya berisi tentang angka indeks, tolok ukur posisi daerah tersebut dalam wilayah provinsi dan nasional, indeks respon dan rekomendasi untuk perbaikan masing masing indeks. Informasi ini selain akan disampaikan kepada Ditjen Perimbangan Keuangan Kementerian Keuangan sebagai salah satu faktor perhitungan dana bagi hasil daerah, juga kepada Ditjen Bina Pembangunan Daerah Kementerian Dalam Negeri, untuk evaluasi kinerja lingkungan Pemerintah Daerah.

 

 “Dari evaluasi terhadap 514 kabupaten/kota diperoleh fakta bahwa alokasi anggaran pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan berkisar antara 0,01% -1,19% dari APBD, sebanyak 168 kabupaten/kota yang SDMnya telah memperoleh pelatihan yang relevan dengan pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan, 316 kabupaten/kota telah melakukan pemantauan kualitas lingkungan, serta 223 kabupaten/kota telah melakukan pengawasan industri,” ungkap Sigit.

 

Sementara itu pada tahun ini, jumlah peserta PROPER mengalami peningkatan dari tahun 2021, yaitu sebanyak 607 perusahaan peserta baru. Peningkatan ini sebesar 23% dari tahun 2021 yaitu meningkat dari 2.593 perusahaan menjadi 3.200 perusahaan pada tahun 2022, yang terdiri dari 1.180 agroindustri, 1.356 manufaktur prasarana jasa, dan 664 pertambangan energi migas.

Setelah sebelumnya menerapkan konsep Life Cycle Analysis, Inovasi Sosial, dan Social Return on Investment (SROI), tahun ini PROPER mengimplementasikan konsep Green Leadership sebagai salah satu kriteria penilaiannya. Konsep Green Leadership dikembangkan sebagai salah satu.

 

Tak hanya itu, PROPER 2022 juga menghasilkan 111.006 hektar luasan konservasi keanekaragaman hayati, dan dana bergulir melalui program pemberdayaan masyarakat mencapai 1,89 triliun rupiah.

Bumi mengalami panas tinggi, banjir, es mencair, cuaca tak menentu


  2. DAMPAK KELALAIAN MANUSIA TERHADAP BUMI

Emisi Karbon sangat berbahaya bagi kehidupan manusia dan lingkungannya.

Berbagai dampak berbahaya dari emisi karbon seperti:

 1.    menimbulkan anomali cuaca/cuaca ekstrem

kelalaian manusia terhadap lingkungan membuat banyak kerugian. Salah satunya anomaly cuaca/cuaca ekstrem. Selain membuat gerah makhluk hidup, juga membuat bumi semakin terancam buruk.

2.    meningkatnya suhu bumi

pada tahun 2023 tepatnya empat bulan awal, panas begitu menyengat di Provinsi Riau. Bahkan Indonesia dan dunia. Sempat media memberitakan tentang kematian yang terjadi di India/Industan akibat dari panas terik yang luarbiasa. Walau warga kota punya alat elektronik untuk menangkis serangan panas seperti, Kipas dan alat pendingin lainnya (AC), dan warga kampung dengan angin alami dari dedaunan dari pepohonan yang menghijau dilingkungannya, tetap panas terik berefek buruk bagi lingkungan.

3.    mencairnya es di kutub

Semakin meningkatnya suhu panas, maka semakin mencair es yang berada dikutub. Hingga membuat permukaan laut semakin meningkat dan berefek banjir.

4.    Curah hujan lebat

Akibat dari ketidakpastian cuaca dan iklim maka, terkadang panas, dan terkadang hujan. Ketika hujan membuat curah hujan begitu deras dan lebat. Tentu akan berefek dan membuat banjir bandang yang merugikan banyak jiwa dan materi. Bahkan sempat hujan es di beberapa wilayah Pekanbaru, Provinsi Riau. sebelumnya tidak pernah terjadi. 

Kunjungi juga : Hujan Batu Es di Pekanbaru

5.    meningkatnya permukaan laut

Permukaan laut semakin meningkat. Ini merupakan hasil dari mencairnya es dikutub. Dan efek dari emisi karbon.

6.    meningkatkan risiko kebakaran hutan

panas yang berpanjangan dan suhu yang meningkat, membuat hutan dan perkebunan rawan terbakar. Dimana-mana wilayah Riau mempunyai titik api yang berbahaya. Bahkan titik api api juga meningkat di hutan dan perkebunan Indonesia.

 

Kontribusi ICT (alat telekomunikasi dan informasi) terhadap jejak karbon global diperkirakan akan tumbuh dari kurang lebih 1% pada tahun 2007, naik menjadi 3,5% pada tahun 2020, dan akan mencapai 14% pada tahun 2040.

Pada tahun 2010 emisi yang dihasilkan dari smartphone sejumlah 4% dan pada tahun 2020 mencapai 11% paling tinggi bila dibandingkan dengan PC, Laptop, dan display komputer.

 

Terlebih lagi, nilai absolut emisi karbon dan gas rumah kaca yang disebabkan oleh smartphone terus meningkat dari 17 hingga 125 megaton setara dengan CO2 per tahun (Mt-CO2e/tahun). Dalam rentang waktu tersebut laju pertumbuhannya sebesar 730%.

 

Perlu diketahui bahwa sumbangan terbesar dari jumlah persen diatas disebabkan oleh proses produksi perangkat tersebut. Termasuk didalamnya mesin pembangkit, bahan tambang untuk material perangkat, pembangkit server pada pusat data. Baca tentang Emisi Karbon disini.


   3. TINDAKAN NYATA UNTUK MEWUJUDKAN BUMI LEBIH KUAT

 Dampak pandemi dari sisi ekonomi dan kesehatan sangat mengakhawatirkan, namun masih sedikit yang melihatnya dari ukuran lingkungan. Sebab, belum ada penelitian khusus dan detail tentang hal tersebut. Namun, kondisi perubahan positif yang terjadi pada lingkungan saat ini terjadi bukan pada kondisi yang semestinya diharapkan. Kondisi saat ini menjadi suatu ironi, namun dampaknya dari sisi lingkungan cukup signifikan. Contoh di negara-negara lain demikian juga, sungai Venice menjadi sangat bersih selain tenang, konsumsi BBM menjadi sangat berkurang bahkan di AS nilai per barel-nya sampai ke angka minus. “Bahkan, satwa-satwa liar di Afrika lebih bebas “bersantai” di jalan yang biasanya menjadi jalur Safari. Di New York, penurunan polusi tercatat sampai 50 persen. 

Menjaga alam, melestarikan hutan, berkebun dilingkungan


Belajar dari keadaan kesehatan bumi di masa pandemi ini, kita berharap manusia didunia lebih bijak dan memahami bahwa keharmonisan dengan alam itu diperlukan untuk menuju suatu keseimbangan dan keberlanjutan.

 

Manusia harusnya semakin peduli terhadap lingkungan sekitarnya. Peduli pada lingkungan itu tidak identik dengan menjadi aktivis lingkungan atau penyelamat hutan, tapi juga dapat melalui bentuk kepedulian terhadap hal-hal sederhana yang dapat ikut berkontribusi dalam penyelamatan bumi, seperti hemat listrik, hemat penggunaan air, tidak berlebihan dalam konsumsi, serta mengurangi penggunaan plastik, 3R (reduce, reuse, recycle), termasuk dengan memelihara tanaman atau kebun di rumah.

Saat ini produksi limbah rumah tangga  didominasi plastik yang notabene tidak dapat terurai. Membutuhkan waktu 100-400 tahun untuk mendekomposisi plastik sehingga seharusnya menjadi kesadaran kita termasuk pemerintah bahwa sistem pengolahan sampah di TPA tidak bisa lagi dilakukan secara tradisional atau sanitary land fill yang 20-30 tahun lalu menjadi model TPA idealis. Kita bisa Menyelamatkan bumi melalui tindakan sederhana Harusnya saat ini kita harus sadar, bahwa sampah harus berbayar. Makanya perlu menggunakan bahan yang bisa dan cepat didaur ulang. Seperti menggunakan totebag kertas/kain ketika kepasar. Membawa botol minuman pribadi ketika pergi. Menggunakan piring lidi yang terbuat dari limbah sawit sebagai peralatan dapur. Serta peralatan lain yang bisa mengurangi Emisi Karbon. Ini semua sebenarnya terlihat eksotis dan keren, bukan malah merasa semakin remeh.

alternatif mengurangi emisi Karbon


a.     Komunitas

Indigenous People dan Lokal Comunities (IPLCs) juga merupakan komunitas local yang berperan penting dalam pelestarian hutan dan menjaga keanekaragaman hayati Indonesia. Begitu juga masyarakat adat. Masyarakat yang sadar akan pentingnya melindungi hutan dari segala ancaman. Karena akan berdampak buruk ketika hutan dilingkungan mereka akan rusak.

Banyak Komunitas yang telah dibuat untuk menjaga lingkungan. Mulai dari aktivitis mahasiswa yang kerap dipanggil Mahasiswa Pecinta Alam (MAPALA). Mereka bergerak dilingkungan untuk menjaga alam agar tetap terjaga dan baik-baik saja. Merawat tumbuhan, menjaga kebersihan, menanam pohon agar tetap hijau. Tentu mereka tidak bisa bekerja sendiri, masyarakat setempat dan pemerintah ikut andil dalam melestarikan alam. Kerjasama masyarakat tentu menjadi hal utama demi terwujudnya kelestarian alam.


b.    Imbauan tokoh ulama

Tokoh Ulama juga mengimbau para tokoh ulama serta umat Islam, “diharapkan berperan aktif untuk dapat menyampaikan isu-isu terkait kerusakan lingkungan. Untuk kemudian kita melakukan aksi-aksi yang lebih nyata.” tegas Wapres saat memberikan pidato kunci pada acara Kongres Umat Islam untuk Indonesia Lestari di Masjid Istiqlal Jakarta, Jumat (29/07/2022).

Perusakan lingkungan merupakan salah satu tindakan yang dilarang keras dalam ajaran Islam. Menurutnya, Islam mengajarkan kepada umatnya agar memanfaatkan apa yang ada di bumi untuk kepentingan dan kemaslahatan umat manusia, tetapi juga melarang umatnya untuk melakukan perusakan di atas bumi.

Oleh karena itu, umat Islam wajib menghindari tindakan-tindakan yang dapat menimbulkan kerusakan di bumi, baik yang menyangkut kerusakan fisik, maupun kerusakan non fisik.

Pemerintah juga telah berkomitmen bersama negara-negara lain dalam upaya pengurangan emisi karbon melalui Road Map Nationally Determined Contribution tahun 2019 dan strategi jangka panjang pembangunan rendah karbon berketahanan iklim tahun 2050.

Selain itu, Indonesia sebagai Ketua G-20 Tahun 2022 telah mengangkat isu perubahan iklim dengan penekanan pada skala resiliensi iklim, usaha penurunan emisi karbon, dan teknologi hijau. Bersama berkomitmen dan kolaborasi internasional maka upaya mengatasi perubahan iklim dapat berjalan secara lebih baik

c.     Pemerintah

Pemerintah bahkan pemikir nomor satu dalam melestarikan lingkungan, melalui para Menteri kehutanan, Menteri Sosial, dan lainnya. Sehingga mereka bisa membuat dan melegalisasi kebijakan untuk melestarikan alam.

d.    Warga negara/masyarakat

Merawat tumbuhan, menjaga kebersihan, menanam pohon agar tetap hijau. Tentu tidak hanya kerja pemerintah sendiri, masyarakat setempat dan pemerintah ikut andil dalam melestarikan alam. Kerjasama masyarakt tentu menjadi hal utama demi terwujudnya kelestarian alam.

Warga negara yang baik adalah yang patuh akan pemimpin, dan sama-sama menjaga kelestarian alam. Sadar dalam melaksanakan dan menjaga lingkungan. Mulai dari hal sederhana sampai yang besar.

Baca juga : Bersama Bergerak Berdaya

 

4. KEBIJAKAN UNTUK MENGURANGI MITIGASI RESIKO PERUBAHAN IKLIM

Tentu dalam mengatasi persoalan perubahan iklim ini, Pemerintah tidak bisa bekerja sendirian, diperlukan keterlibatan pemangku kepentingan yang lebih luas, meliputi akademisi, dunia usaha, media massa, serta masyarakat untuk bekerja secara kolaboratif sehingga fenomena perubahan iklim ini dapat diantisipasi dengan baik.

punya kesadaran, punya komunitas dan dipraktekkan. melalui kebijakan yang telah dibuat


Pertama adalah membangkitkan kesadaran (awarness) masyarakat bahwa tanggungjawab untuk melestarikan lingkungan merupakan tanggungjawab yang harus dipikul bersama.

Kedua adalah untuk menginternalisasikan ajaran-ajaran Islam yang membahas tentang lingkungan. Kita sangat yakin bahwa di dalam Al-Qur’an dan Hadist begitu bertebaran perintah kepada kita untuk tidak merusak lingkungan.

Ketiga adalah mewujudkan kerja bersama seluruh pemangku kepentingan dalam upaya melestarikan dan mencegah kerusakan lingkungan. Seperti diuraikan sebelumnya, ada komunitas pecinta alam, ada peran pemerintah, Ulama, Komunitas local dan masyarakat adat, hingga diri kita sendiri. Klik disini

Nah, demikian sobat blogger uraian saya tentang bumi dan lingkungan kita. Ingat, sayang-sayangi diri dengan selalu melestarikan bumi. Dimulai dari hal terkecil dan sederhana, membuang sampah pada tempatnya. Semoga bisa diaplikasikan dalam hidup kita. Semoga bermanfaat. Mari lestarikan bumi dengan aksi nyata, bumi akan menjaga kitaOh, iya, kalau kalian #BersamaBergerakBerdaya versi kalian apa nih? Boleh dong tulis dikolom komentar ya. Save Our Inveranment.

#BersamaBergerakBerdaya

#UntukmuBumiku

#TeamUpForImpact

#EcoBloggerSquad

#BloggerPerempuan

#LombaBlog

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar