Cahaya Bulan Mulia di kota Bertuah (2)

Cahaya Bulan Mulia di kota Bertuah (2)

Pekanbaru, 14 April 2021

   Malam itu perlahan ku katakan padanya, bahwa esok pagi aku mau mengikuti nya pergi ke Rumah Sakit Arifin Ahmad untuk menghantarkan ASI. Rasa rindu yang mendalam kepada pangeran kecilku yang dirawat di sana, ku ingin bertemu dengan nya.
Namun entah lah aku bisa. Sudah dari kemarin (Kamis, 8 April 2021) sampai hari ini (Ahad, 11 April 2021) aku belum bisa menemui pangeran junior ku. Aturan yang berlaku ini alasan covid-19. Namun kuharap juga perjuangan ku yang berjalan kaki selama lebih kurang 10 menit dari rumah singgah (pemkab kepulauan Meranti,Dinas kesehatan, Rumah Tunggu Kelahiran, Kab kepulauan Meranti. Jl Ponegoro5, no 37  Pekanbaru), ke Rumah Sakit Arifin Ahmad bisa terobati dengan mendengar kabar tentang pangeran junior ku dari siapapun itu. Baik dari dokter maupun perawat rumah sakit. Walau aku sudah tahu bahwa begitu payah untuk mengatur waktu untuk konsultasi dengan dokter, intinya tidak bisa konsultasi setiap hari. Jika pun bisa konsultasi maka tetap tidak boleh menemui pasien. 
Walau pangeran senior ku punya kenalan teman lama di ruang Perinalogy, namun tetap sukar mencari informasi tentang perkembangan pangeran junior ku, karena mereka tidak setiap hari masuk dinas. 
    Dengan perlahan aku menyusuri jalan kecil. Mengingat aku baru delapan hari habis melahirkan. Dengan perlahan juga pangeran ku berjalan disampingku, mengikuti ayunan langkah kaki ku. Ku pegang lengan tangan nya sambil ku peluk erat diketiakku, nyaman... Lengan yang tegap membuat aku tidak mau melepaskannya. Kini terasa sedikit lelah melewati jalan kecil yang menanjak keatas ini. Setelah sampai dijalan besar Ponegoro, sesekali terlihat rombongan anak-anak dan dewasa berlari pagi di tepi jalan Ponegoro.
Aku membuka statement kepada pangeran Sholeh ku
   "Aneh, jalan besar seperti ini tapi sesekali bisa sunyi kendaraan nya, Abi?" 
    "Oh, itu karena diujung jalan sana ada rambu-rambu jalannya, ya jelaslah kalau rambunya merah maka dalam waktu sekejap tidak bakalan ada kendaraan yang melintas disini, ummi." Begitu balas nya padaku.
     "Ooooo begitu, Abi..." Jawabku singkat.
Iya, pangeran ku memang pernah tinggal di kota Bertuah ini. Lebih kurang empat tahun menghabisi waktu dengan kuliah di bidang keperawatan disini. Wajar kalau dia tahu sedikit banyak tentang kota bertuah ini. Walau dia pernah berkata bahwa kota ini mengalami banyak perubahan dan kemajuan. Seperti, paparon disamping jalan Ponegoro5 sudah rusak, sudah ada gedung BPOM, yang dulunya itu kampus kakak kelas mereka, ruang IGD Rumah Sakit Arifin Ahmad yang sudah berpindah tempat, masjid raya yang sudah tidak bisa keluar masuk lari pagi diperkarangannya (karena covid-19) dan lain-lain.
    Pangeran ku memegangku erat, saat nya untuk menyebrang jalan. Ada satu dua kendaraan, dengan berhati-hati dia memegang dan sedikit menarik tanganku. Karena aku juga masih bingung arah mana yang akan dituju nya. Berhasil jalur jalan pertama.
Tiba-tiba klakson mobil berbunyi, Aku langsung mundur. Oh, kendaraan datang dari arah kiri, sedang yang kupantau arah kanan. Untung tangan ku masih dipegang pangeran ku, cepat-cepat dia menarik tanganku. Lalu melanjutkan menyeberang jalan dan melanjutkan perjalanan ke Rumah Sakit Arifin Ahmad.
    Ku pegang tas unguku yang memang sudah tergantung dibahuku. Didalamnya terdapat dompet, ku takut seperti cerita di TV, tas ibu-ibu yang di jambret. Yang penting nya lagi di dalam nya ada ASI di dalam botol, kutakut ASInya tumpah beserakan. Setitik ASI sangat berharga bagiku ibu yang masih kekurangan ASI. Setitik ASI sangat berharga bagi pangeran junior ku yang membutuhkan nya. Akhirnya kami sampai di gerbang Rumah Sakit Arifin Ahmad yang disitu tidak jauh dari gedung perinalogy dimana tempat pangeran junior ku dirawat.
    Akhirnya aku merasakan juga berjalan kaki seperti apa yang dirasakan oleh pangeran senior ku, meski aku baru delapan hari habis melahirkan.
 Ya Allah,,, akulah orang yang beruntung memiliki pangeran hidup seperti dia. Terimakasih ya Allah engkau telah menitipkan nya untuk ku. Panjang kan umur berkah dakwah pernikahan kami hingga ke syurgaMu. Kami percaya, cinta kasih kami, iman taqwa kami, saling memahami, itu semua karena dibaluti dalam keberkahan keluarga dakwah dan menghadirkan Allah. 
     Wahai istri, ikhlaskan lah bila hari ini engkau membantu suamimu. Tak ingin kah bidadari surga cemburu padamu? Tak ingin kah engkau lebih cantik mengalahkan bidadari ya Aqng ada di surga? Jika kita shalehah yang mengerjakan shalat, puasa, zakat, menjaga kemaluan, saat ditinggal suami, dan taat kepada suami, maka Allah akan mengundang mu masuk surga dari pintu mana saja yang kita sukai. Kita akan menjadi ratu bidadari di surga kelak. (dikutip dari tulisan Ustadzah Setiyati).
   Mari belajar ikhlas karena Allah menilai tiap perjuangan kita. Saat kita telah berusaha semaksimal mungkin, serahkan semuanya kepada Allah. Berikut berdoa. Berdoa sebanyak banyaknya di bulan mulia. Bagi kita orang tua yang akan mendidik anak agar Sholeh dan Sholehah, berdoa untuk kesembuhan dan diangkat segera semua penyakit nya oleh Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar