Pertemuan yang di nanti
Selatpanjang, 30 April 2021
Akhirnya kami sampai didepan gerbang ruang Perina setelah hampir sepuluh menit berjalan. Kakiku terasa lelah, namun kami memilih berdiri didepan pintu ruang perina, dan kak pangeran ku memencet bel tanda memanggil perawat dari luar ruangan.
"Sebentar" suara dari dalam ruangan, jawab salah seorang perawat yang bertugas.
"Ummi, yuk duduk saja dulu sementara kita menunggu di kursi tunggu ini" pangeran ku mempersilakan duduk dkursi tunggu yang berada di depan pintu ruang perina.
Hampir setengah jam, belum juga dipanggil dan diambil ASI untuk pangeran junior kami. Tiba-tiba HP pangeran ku berbunyi pertanda WA masuk. Satu foto masuk dari seseorang yaitu teman pangeran ku yang perawat di perina. Sebuah foto yang lanka dan yang ditunggu tunggu, foto pangeran junior ku yang sedang bobok dibaluti kabel kabel ditubuh dan kepala nya. Mata ku berbinar-binar, nafasku sesenggukan melihat pangeran junior ku setelah beberapa hari tiada kabar dan belum bertemu. Namun aku sedikit lega saat melihat pangeran junior ku sudah tidak di inkubator lagi tapi sudah berpindah ke box bayi. Serta berat badan nya sudah bertambah dari 1.7 menjadi 1.8.
Alhamdulillah. Kini pangeran junior ada perkembangan dan ini yang ingin ku dengar dan ku tunggu.
Setelah ASI diambil, keluar seorang perawat dari ruang tersebut. Lalu duduk di kursi didepan kami duduk. Nah, inilah teman kuliah pangeran ku dulu, sekarang menjadi perawat di ruang tersebut. Kulihat diri nya, tanpa salaman dan mengangguk kecil tanda perkenalan kami, maklum musim covid-19, jaga jarak. Seorang perempuan cantik, lembut, bertutur kata sopan, tentu aku sedikit cemburu karena pangeran ku bisa bertemu teman lamanya, yang mereka dulu pernah selokal agaknya. Ku perhatikan mereka berbicara, sedekat mana mereka. walau sudah ku tahu bahwa tidak ada drama hati dari orang yang selalu ingin menjaga hati dari virus PMJ (Virus Merah Jambu).
Astaghfirullah, cepat cepat kutepis rasa ini.
Perempuan didepan ku ini adalah seorang ibu bahkan sekarang sedang hamil anak kedua dan usia kandungan tujuh bulan. Perlahan dan sedetail itu dia menginformasikan tentang pangeran junior kami. Aku hanya terdiam mendengar perbualan mereka yang berbau medis. Sesekali mengangguk kecil pertanda faham,lalu diam lagi.
Ya Allah, harus nya aku berterima kasih banyak pada nya karena telah menginformasikan keadaan pangeran junior kami. Sekiranya aku sedikit sabar, tentu saja informasi ini aku dapatkan setiap tiga hari sekali setelah pangeran ku konsultasi dengan dokter anak. Cukup percaya saja kerja mereka. Tiada masa berburuk sangka bahkan cemburu pula. Bukankah masing-masing mereka telah menikah.
Astaghfirullah, benar kata Ustadzah Setiyati bahwa perempuan itu ada masa lemahnya, lemah imannya, lemah dirinya, dan lemah hatinya. yaitu ketika mereka haid, melahirkan, bahkan dalam kehidupan sehari-hari ketika mereka jauh dari RobNya. Makanya sekurangnya kurang nya, mereka harus perbanyak istighfar, tasbih, tahmid, sholawat nabi, agar mereka terhindar dari godaan setan yang melemahkan mereka dan keras nya hati.
Hati seorang ibu yang baru siap melahirkan begitu rentan dan rapuh, harus banyak istighfar, belum lagi mengingat kedua anaknya yang jauh dari dirinya yang belum pernah berpisah selama ini. Sehingga bisa membuat diri berteriak, menangis dan meratap.
"Sudah konsultasi kan sama dokter anak nya?" Tanya teman pangeran ku, yang dikenal dengan panggilan Nda.
"Iya sudah kemarin. Sama dokter Dewi" jawab pangeran ku
"Iya pekan ini dokter Dewi yang visit. Disini ada tiga dokter anak. Dokter Dewi, dokter oyung, dokter Zulfikri. Pekan besok jadwal dokter fikri. Berarti bisa konsultasi dengan nya nanti." Jelasnya memperkenalkan beberapa dokter anak
"Oh, memang bagaimana sistem konsultasi disini?" Tanya pangeran ku.
"Disini semua dokter anak mengecek pasien anak, dan mereka bergantian tiap pekannya." Begitu jelasnya
" Oh begitu, berarti beda dengan tempat kami. Dulu kami hanya konsultasi dengan satu dokter anak saja." Jawab pangeran ku
"Oh ya, berarti anak pertama nya?"
"Iya, anak pertama kami prematur tujuh bulan dengan berat badan 1,4." Jelas pangeran ku.
"Subhanallah. Iya lah semoga dedek bayi nya cepat sembuh dan diangkat segala penyakit nya. Oh iya, jika mau melihat bayinya bisa dari samping gedung sana, dari jendela kaca. Liat aja tak apa-apa, kan sudah tau posisi bayi nya." Informasi nya untuk kami.
"Masya Allah, benar ni. Terimakasih banyak karena telah menginformasikan keadaan bayi kami." Balas pangeran ku.
Lalu diapun pergi meninggalkan kami berdua karena telah di jemput suami nya.
Setelah dokter anak yaitu bu dewi keluar dari visit, kami langsung menuju tempat di mana pangeran junior berada. Perlahan kami menyusuri belakang gedung yang sempit itu, yang bisa dilalui oleh seorang saja. Ku biarkan pangeran ku didepan, karena ruang yang sempit membuat aku khawatir kalau ada apa-apa didepan, atau bahkan hewan berbisa atau menggelikan.
Jendela kaca yang lebarnya
tanpa tertutupi tirai pemisah
Ku lihat mutiara mutiara ayah bunda
Berada didalam box sana
Satu dua dan tiga
Ah mereka beramai rupanya
Tak kutahu jenis kelamin mereka
Bobok terdiam di box sana
Ada juga yang bergerak dan terjaga
Bahkan ada yang menangis pula.
Seorang suster sedang berjaga
Mengganti popok dan mengisi susu di selang minum nya
Ada yang sudah terisi dan ada pula yang masih kosong nampaknya
Telaten dilaksanakan dan berhati-hati pula.
Ku lihat satu persatu mutiara
Yang sama persis dengan foto yang ada
Kini ku temuinya
Pangeran junior ku yang sedang berjuang nyawa
Di kabel-kabel menempel ditubuhnya
Terbaring diam tanpa suara dan gerak badan nya.
Lampin membaluti tubuhnya
Topi rajut menutupi kepala nya
ASI masuk melalui selang di mulutnya
Infus tak lelah menitik ke bawah
Allah, aku lemah...
Sesak nafas dan menahan air mata
Dari belakang aku dipeluk sang pangeran penjaga
Yang perasan keadaan yang lemah.
Terkadang aku pun mendapati nya
Lebih lemah dariku adanya
Namun kuat dalam doa.
Ingin aku menggendong dan memeluknya, pangeran junior ku.
Ku butuh dekapan kehangatan pelukan
Yang tiga hari kau berikan kemarin
Kita kan tetap bersama kan?
Seperti tiga hari kemarin?
Kita jadi kan hari hari kita
Seperti tiga hari kemarin
Ya tiga hari kemarin
Tiga hari kemarin
Kebersamaan kita
Pangeran junior ku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar