Menjemput Binar Ke Hambaan
(Cerpen)
"Qarni! Kamu mau kemana?" tanya rekan kerjanya setengah berteriak.
"Rumah Sakit!" jawab Qarni singkat sambil berlalu
"Oughh..." desahnya ditengah jalanan yang cukup macet, panas serta polusi bikin sesak nafas. Para pejalan kaki memang selalu tersingkirkan ditengah kota sebesar itu. Apalagi Qarni sedang sendiri menyusuri jalan dan sesak dengan kendaraan.
Qarni terus menyusuri trotoar di sepanjang jalan. Bahkan jalan itu diberi nama 'Jalan Kenangan'. Karena jalan tersebut memberi banyak kenangan, jalan tersebut sudah mengubah kehidupannya. Itu karena kenapa dia lebih memilih menyusuri trotoar jalan itu. Tidak. Bukan karena dia tidak memiliki mobil apalagi motor, tetapi jauh lebih dari itu.
Qarni yang hanya seorang anak laki-laki jalanan, dekil, kutil, bahkan tidak tahu siapa orang tuanya. Lahir dengan keterbelakangan mental, terlunta-lunta ditengah hiruk pikuk kota. Hidup dari uang receh hasil belas kasihan orang.
Cuaca siang hari pada dua puluh tahun yang lalu tidak jauh berbeda dengan hari itu. Panas, membakar semua penghuninya. Qarni kecil berjalan dengan gontai, lapar, lapar sekali. Yang ada difikirannya saat itu hanya satu, yaitu makan. Tanpa berfikir panjang, Qarni mendekati sebuah toko roti dan diam-diam dia mengambilnya. Namun, nahas mengintai dan mengikutinya. Si pemilik toko langsung menyadari dan bahkan mengejarnya sambil meneriaki anak tersebut maling.
Saat itu umurnya baru lima tahun. Yang dirasakan adalah ketakutan. Si pemilik toko masih mengejarnya. Hingga dia berlari dijalan hari ini yang dilewatinya, jalan kenangan.
Lengang
Sepi
Tidak ada orang yang bisa dihandalkan untuk menolongnya. Hingga dia terus lari dan berlari membawa sepotong roti dengan keadaan perut yang sudah sangat lapar. Hingga kaki sudah hampir berhenti menyelamat membawa diri. Dengan pontang panting dia berhasil menarik diri Hingga berada dibuah halte. Nafasnya dihembus kasar, tubuhnya yang kecil bergerak mengikuti rentak tarikan nafasnya yang masih terengah-engah. Roti tersebut masih ditanganya. Hingga dia melihat seorang gadis berkerudung pasmina gaul namun masih menutupi dadanya sedang duduk menunggu taksi. Kesempatan dia berlari kearah gadis tersebut, lalu berlari dan duduk disampingnya. Qarni tidak bisa berkata apa-apa untuk melukiskan ketakutannya. Nafas kasarnya keluar begitu saja, dia menatap mata gadis tersebut. Tampak ada kedamaian dan kasih sayang disana.
Gadis tersebut memegang pundaknya. Tatapan matanya sangat menenangkan. Qarni merasakan kehangatan pelukan, membelai rambutnya yang membuatnya melupakan ketakutan walaupun sesaat.
"Kamu aman bersama kakak" suara gadis itu lirih ditelinganya.
Orang-orang mengejarnya makin mendekat.
"Hajar maling ini!" suara seseorang
Qarni mendengar teriakan kasar yang membuatnya makin ketakutan. Sementara itu gadis tersebut terlihat tenang dan melepaskan dekapannya terhadap anak kecil itu.
"Serahkan anak itu, biar kami patahkan tangannya!" bentak seseorang.
"Kalau aku tidak mau, bagaimana?" gadis itu mempertahankan bocah tersebut
"Kamu juga akan merasakan hal yang sama" teriak seseorang dengan emosi.
Gadis itu menatap anak tersebut, dia sangat cemas, tetapi gadis itu tersenyum seolah mengerti kegelisahannya.
"Apa kesalahannya?" tanya gadis itu.
"Dia sudah mencuri roti di tokoku" jawab salah seorang bapak dari mereka yang mengejarnya tadi.
"Ini uang Rp 20.000, kupikir cukup untuk mengganti roti yang diambilnya." bela gadis itu.
"Anak ini datang kepadaku untuk meminta perlindungan, dan aku wajib untuk melindunginya. Dia akan aman bersamaku. Dan sampai kapanpun. Aku akan melindunginya." jelasnya pada mereka.
Ajaib.
Satu persatu orang-orang tadi meninggalkan mereka. Qarni masih tidak percaya dengan semuanya. Gadis itu telah menyelamatkannya. Ketegasannya sangat mengagumkan. Mereka saling diam. Tatapan mata gadis itu sangat teduh, memberinya perlindungan dan kedamaian.
"Kakak..." hanya kata itu yang mampu keluar dari bibirnya sebagai ungkapan terima kasih tanpa under ekspresif.
"Jangan takut, kamu sekarang aman bersama kakak!" gadis itu memeluknya dengan erat.
Itulah awal perubahan dalam hidupnya. Hari-hari dilalui bersama dengan cintanya. Dia sangat perhatian dan pengertian. Banyak hal baru yang dipelajari darinya. Dia sering memotivasinya untuk berubah, dan mengajarkan banyak hal tentang arti hidup. Terakhir kuketahui dia adalah mahasiswa di jurusan psikologi.
Satu yang dibangga darinya. Ternyata hidup gadis tersebut tidak jauh beda dengan kehidupannya. Namun, dia bisa bangkit menjadi sekarang. Seluruh hidupnya diabadikan menjadi penolong bagi sesama. Dia penyemangat, penolong, bahkan pahlawan anak itu. Qarni berjanji. Akan mengabadikan hidupnya untuk gadis itu.
'Oh,,, kakak Masa.
Waktu begitu cepat berlalu. Qarni kecil yang biasa kau suapi telah dewasa. Aku telah Kuliah, kak. Aku akan menjaga kakak seperti kak Masa melindungiku dari perlakuan kasar para penjahat.'
*****
Deg...
Qarni tersentak dari lamunannya. 'Ini sudah sampai mana?' fikirnya
Dia terus berjalan menyusuri trotoar di sepanjang 'jalan kenangan'.
*****
Lamunan Qarni kembali melayang pada lima tahun silam. Kejadian yang mengubur semua mimpi-mimpi mereka.
"Qar, kita ke kantor sekarang. Ada klien kakak yang perlu bantuan." ajak Kak Masa.
Berdua mereka menyusuri jalan menuju kantor. Kakaknya tampak bersemangat mengayunkan langkahnya. Di kantornya telah menunggu seorang remaja seusia Qarni, dia depresi karena perceraian orang tuanya.
"Qarni. Kamu tunggu diluar ya. Kakak akan mengajaknya ngobrol didalam. Jangan melakukan apapun tanpa perintah kakak!" Qarni terlihat mengangguk dengan patuh. Di dalam terdengar tangisan dan teriakan.
"Aku benci orang tuaku. Aku mau mati saja!" teriak gadis tersebut.
Qarni merinding mendengar teriakan gadis tersebut. Kakaknya berusaha menenangkan. Namun, tidak berhasil. Dia meronta keluar dan lari ke jalan raya. Kakak Masa mengejarnya. Namun Qarni mencegahnya.
"Kakak, lalu lintas sekarang sedang padat dan rawan kecelakaan!" cegah Qarni pada Kakaknya serta menarik tangan agar tidak mengejar gadis itu.
Dia memandang Qarni dengan marah.
"Qarni, seandainya yang menjadi gadis itu adalah kamu, aku akan melakukan sesuatu yang lebih dari itu, apalagi hanya sekedar menantang maut." begitu jelasnya tegas dan keras kepala, menyibak kasih sayangnya untuk siapapun.
Qarni bergetar...
Perasaannya tidak enak, kata-katanya tadi...
Qarni juga ikut berlari ke jalan untuk mengejarnya. Gadis tadi berdiri ditengah jalan menghadang sebuah truk kecepatan tinggi.
Qarni panik.
Apa yang harus dilakukan untuk menyelamatkannya?
Entah berapa detik dia sibuk dengan fikirannya.
'Gadis itu! Tidak, bukan gadis itu yang aku khawatirkan tetapi Kakakku,'
Tanpa sempat dicegah, kakaknya berlari ke jalan untuk mendorong tubuh gadis itu. Dia terguling dan truk terbalik.
'Kakakku bagaimana? Di mana dia?' Qarni merasakan dunianya gelap
'Di mana aku? Di mana Kakakku?'
*****
Qarni tersadar di sebuah ruangan serba putih. Fikirannya langsung tertuju pada Kakaknya. Bagaimana keadaannya? Di mana dia sekarang?
Qarni berusaha melepaskan selang infus dari tangannya. Dia berjalan menyusuri koridor rumah sakit. Apa yang sebenarnya terjadi? Dia merasakan semua orang memandangnya dengan kasihan.
*****
"Aduh, kakiku!" kakinya tersandung sebuah batu. Dia kembali tersadar dari lamunannya. Matanya basah. Memang, sejak kejadian itu dia sering menangis. Bagaimana dia tidak menangis. Melihat tubuh kakaknya yang terkujur bagai mayat. Syaraf dan organ tubuhnya tidak berfungsi. Dia lumpuh total. Koma. Yang tersisa hanya nafas dan senyum yang selalu tersungging dari bibirnya. Semuanya berasal dari alam bawah sadarnya.
Lima tahun telah berlalu. Qarni tetap bertahan untuk menjaganya. Hanya senyum yang memberikannya kekuatan dan keyakinan bahwa dia akan baik-baik saja. Dalam bentuk apapun kakak Masa nya, dia akan tetap disisi kakak untuk melindungi seperti kakaknya yang selalu melindunginya tanpa lelah sedikit pun.
Mata Qarni semakin basah. Dia ingin Cepat-cepat sampai dirumah sakit untuk melihat keadaan kakaknya. Dia punya kabar gembira untuk kakaknya. Bahwa minggu depan dia akan Wisuda, anak-anak asuh diyayasan kakak juga mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan mereka. Pekerjaan dia juga semakin lancar. Menurutnya kakaknya akan senang sekali mendengar hal ini karena dia mendapatkannya semua usaha dan kerja keras. Pasti kakaknya itu akan bilang
"Adikku sekarang hebat, aku sayang dan bangga sekali!" Dan kakaknya akan memberikannya sebuah hadiah.
Qarni tiba di halte. Sepi. Matanya tertuju pada seseorang berjilbab rapi persis seperti kakaknya, Masa. Qarni berjalan kearahnya dan memberi salam. Dia tetap menunduk.
*****
Qarni langsung menuju keruangan kakaknya. Dia tersentak. Tempat tidurnya kosong. Tidak mungkin. Qarni berlari ke ruang dokter. Kedatangannya disambut dengan diam. Dokter dan perawat saling pandang. Lidahnya kelu untuk berkata sesuatu. Dokter menepuk pundakknya.
"Kami minta maaf... Dia menghilang entah kemana..."
"Tapi dia tidak mungkin bisa pergi sendiri, Dokter" mereka semua diam. Tiba-tiba dia teringat wanita berjilbab di halte, dia kakaknya, Masa.
Qarni langsung berlari menuju halte. Namun, kosong. Disini tidak ada siapa-siapa. Wanita berjilbab itu juga tidak ada. Dia terus mencari ke semua tempat yang biasa mereka datangi. Semua tidak ada hasil. Kakaknya benar-benar hilang entah kemana.
Lima tahun dia menunggu dan menjaga kakaknya dengan sabar. Sesulit apapun itu, dia tetap bertahan karena dia yakin kakaknya akan sembuh. Lima tahun belum cukup baginya untuk membayar semua kebaikannya. Bahkan seumur hidupnya pun mengabdi padanya tidak akan pernah bisa menggantikan semuanya. Kakaknya begitu berarti. Apapun didunia ini, tidak akan pernah bisa mengantikannya.
Akhirnya, seumur hidup dia menunggu ditempat itu. Di halte itu. Dijalan itu. Hanya sebuah keyakinan yang dimilikinya, harapan bahwa dia akan kembali lewat jalan itu, seperti kemarin untuk membantu sesiapapun seperti kakaknya membantu dia dua puluh tahun kemarin. Masih jelas binar ke Hambaannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar